Inspirasi Keluarga dan Keindonesiaan dalam Kajian Akbar BMH
JAKARTA — Semangat kebangsaan dapat tumbuh dari ruang-ruang sederhana, termasuk dari keluarga yang berjuang menanamkan nilai iman, kesabaran, dan kasih sayang.
Hal itu tergambar dalam gelaran Kajian Akbar bertema “Membangun Keluarga Berkah, Melahirkan Generasi Emas yang Amanah” yang diselenggarakan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) di Aula Serbaguna 2 Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (21/10/2025), dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) ke-6 Hidayatullah.
Kegiatan yang dihadiri ratusan jamaah dari berbagai kalangan ini bukan sekadar forum dakwah, melainkan ruang pertemuan nilai—antara spiritualitas, pendidikan keluarga, dan semangat kebangsaan.
Kisah-kisah yang dihadirkan dalam forum ini memperkuat keyakinan bahwa membangun Indonesia Emas 2045 harus dimulai dari keluarga yang tangguh, inklusif, dan berdaya.
Salah satu kisah yang menggugah datang dari seorang hafidzah muda, Kayla, yang hadir bersama ibundanya. Dalam kesempatan itu, keduanya menceritakan perjalanan mereka dalam menghafal Al-Qur’an di tengah keterbatasan fasilitas dan waktu. Dengan nada penuh keteguhan, sang ibu menjelaskan bahwa setiap ayat yang dihafal anaknya adalah hasil dari doa dan pengorbanan bersama.
“Kami tidak punya banyak hal, tapi kami punya tekad dan cinta pada Al-Qur’an. Itulah kekuatan kami,” ungkap sang ibu di hadapan jamaah.
Kisah tersebut disambut haru oleh para peserta. Banyak di antara mereka yang meneteskan air mata, menyadari bahwa ketulusan dan ketekunan dalam keluarga mampu menembus segala rintangan. Fenomena seperti ini, menurut sejumlah pengamat keluarga yang hadir, adalah cermin nyata karakter bangsa Indonesia: gotong royong, sabar, dan berorientasi pada nilai luhur.
Menariknya, acara ini juga menghadirkan perspektif akademik yang memperkaya pemahaman tentang peran keluarga dalam membentuk generasi unggul. Maharani Dian Permanasari, S.Ds., M.Ds., M.Phil., Ph.D., akademisi Institut Teknologi Nasional (Itenas) sekaligus pendiri Ausomethink, berbagi pengalaman mendidik anak dengan kebutuhan khusus.
“Setiap anak adalah anugerah. Tantangannya bukan pada kondisi mereka, tapi pada sejauh mana kita, sebagai orang tua dan masyarakat, mampu menyediakan ruang tumbuh yang menghargai perbedaan,” ujarnya.
Menurut Maharani, inklusivitas keluarga merupakan bagian dari keindonesiaan yang sejati—yaitu menerima keberagaman sebagai kekuatan. Ia menegaskan bahwa pendidikan spiritual dan kasih sayang universal harus menjadi dasar dalam membangun generasi emas. Dengan pendekatan yang humanis, setiap anak memiliki potensi untuk berkontribusi bagi bangsa.
Dai Nasional Ustadz Munawir Ngacir yang menjadi narasumber utama dalam kajian ini juga menekankan pentingnya kesalingan antara suami dan istri. Ia menggambarkan keluarga sebagai “miniatur bangsa” yang harus dikelola dengan kesabaran dan penghormatan terhadap peran masing-masing.
“Suami dan istri adalah dua kutub yang saling melengkapi. Bila keduanya bersinergi dalam cinta dan iman, maka bangsa ini pun akan kuat,” tuturnya.
Kehadiran Nano Bank Syariah sebagai mitra sinergi dalam acara ini menambah dimensi kebersamaan lintas sektor. Dukungan dunia perbankan syariah terhadap kegiatan dakwah dan pembinaan keluarga menunjukkan bahwa nilai kebaikan bisa diarusutamakan dalam ekonomi modern.
Kolaborasi ini menjadi bukti nyata bahwa pembangunan bangsa bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat.
Kajian Akbar ini menjadi wadah pembelajaran bersama tentang pentingnya memperkuat fondasi spiritual dan sosial bangsa.
Melalui kisah, ilmu, dan keteladanan, para peserta diajak menafsir ulang makna keberkahan dalam konteks kebangsaan. Dalam keluarga yang rukun, setiap nilai keislaman menemukan ruangnya untuk berkontribusi pada peradaban Indonesia yang inklusif dan berkeadaban.
Dengan semangat Munas ke-6 Hidayatullah, kegiatan ini menegaskan bahwa cita-cita Indonesia Emas tidak hanya ditopang oleh kemajuan teknologi, tetapi juga oleh ketangguhan keluarga. Di tangan orang tua yang sabar dan anak-anak yang beriman, masa depan bangsa akan terus hidup dan tumbuh.
